Kamis, 26 Februari 2015

Cerpen : Karena Cinta Bukan Permainan Part II

" Okeh, semuanya udah pada ngumpul kan ? " teriak Ka Melodi. " Wil, buruan mumpung ada orangnya tuh " Bisik Ka Melodi Pada Ka Willy.

" Semuanya tenang " teriak Ka Melodi lagi

" Mata ini selalu memandangnya dari kejauhan. Beribu-ribu rasa penasaran yang selalu merasuk dalam otakku. Diam-diam aku telah memperhatikannya meskipun dia tak tau. Dia yang baik, dia yang sabar, dia yang lucu, dia yang unik, dan dia yang telah mengajarkanku cinta. Dia adalah Nessa Anggita Laura " jelas Ka Mario

Semua mata tertuju padaku. Aku pun sangat terkejut mendengar pengakuan itu. Denyut jantungku berdetak tak beraturan. Badanku terasa panas dingin. Bagaimana bisa ? Rasanya tak mungkin sekali.

" Ren, ini pasti mimpi "
Iren langsung mencubit pipiku. " Aww.. sakit Ren "

" Itu artinya kau engga mimpi "

Aku hanya bisa terdiam. Aku bingung harus melakukan apa. Ka Willy sudah membuatku salting didepan banyak orang. Perlahan-lahan Ka Willy mendekatiku. Rasanya aku ingin pergi dari tempat ini namun tak bisa. Ia mengulurkan tangannya, aku masih diam saja. Sampai-sampai Iren yang gregetan melihat pola tingkahku dengan sigap meletakan telapak tanganku diatas telapak tangan Ka Willy. Aku melotot pada Iren. Lalu Ka Willy menarikku perlahan ke tengah. 

" Sejak awal pertama melihatmu, aku sudah menyukaimu. Lama kelamaan rasa ini semakin menjadi-jadi. Aku ingin kamu yang mengisi hari-hari kosongku. Menjadi penyemangat hidupku. Apa kau mau ? "

Aku masih terdiam dan tak percaya dengan apa yang dilakukannya terhadapku. Apakah ia tak sadar bahwa baru saja ia sedang menembakku. Lalu aku harus bagaimana ? Terima atau tidak.
" Terima..Terima..Terima.. " seisi kantin bersorak

" Bagaimana ? Apa kau menerimaku ?
Aku pun hanya mengangguk tanda aku menerimanya. Ka Willy memelukku didepan banyak orang. Malu sekali.

*
Sudah satu minggu aku menjalani hubungan dengan Ka Willy dengan baik. Sampai saat ini aku masih tak percaya. Entahlah kenapa bisa ? Bukankah aneh sekali ? . Sudah berkali kali aku menanyakan hal ini. Berkali kali juga Ka Willy hanya menjawab " Bukan fisik kamu yang aku liat, tapi hati kamu " . Ya hanya itu. Sejujurnya aku telah memendam rasa padanya saat dulu menjalani ospek. Waktu itu aku sadar siapa aku dan siapa dia. Untuk itu pada saat itu juga aku memutuskan melupakan rasa yang pernah ada  padanya.

" Nes, Nes ... " ucap Ka Willy membangunkan lamunanku. Sepertinya aku hobi sekali dengan melamun.

" Eh iya ka, ada apa ? "

" Kenapa engga dimakan ? Kamu engga suka . Aku ganti ya ? "

" Engga usah ka aku udah kenyang. Sepertinya aku tak enak badan. Aku ingin pulang saja " pintaku

Ini pertama kalinya Ka Willy mengantarkanku ke rumah. Karna sejak kemaren ia sibuk dengan kegiatan organisasinya. Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Sesekali Ka Willy memperhatikanku. Mungkin terasa aneh baginya. " Kau kenapa ? Seharian ini kau lebih banyak diam. Ada masalah ? " Ka Willy menegorku.

" Tak apa ka " jawabku singkat. " Oh iya nanti lampu merah belok kiri ka " kataku lagi

" Okeh "

Aku masih saja terdiam tanpa mengeluarkan kata sepatah sedikit pun kecuali mengarahkan jalan.
" Emm ka stop ka "

" Kenapa berhenti disini ? "

" Kita sudah sampai ka itu rumahnya " kata Nessa sambil menunjukkan rumah tante Nia

" Loh itu bukannya rumahnya Mario ? Kenapa kamu bisa tinggal disini " tanyanya

" Emm, tante Nia lebih tepatnya bundanya Mario adalah teman bisnis kedua orang tuaku. Untuk itu tante Nia mengajakku tinggal bersamanya. Kaka tau kan, semenjak orangtuaku meninggal aku udah engga punya siapa-siapa lagi "

" Aku minta maaf ya, aku engga bermaksud buat kamu sedih. Mulai sekarang kamu engga akan merasa kesepian lagi. Ada aku disini " ka willy langsung memelukku erat

" Emm ka aku masuk duluan ya, kaka mau mampir ? "

" kaka ada urusan lagi. Mungkin next time "

" Yaudah aku masuk, hati-hati dijalan ka "

" Oh iya jangan lupa besok malam promnight "

Hampir saja aku lupa. Apa aku harus datang ? Aku hanya tersenyum.

*

Dibalik pintu aku mendengar ada yang ribut-ribut. Aku pun segera masuk untuk memastikannya. Pantas saja, ini mah sudah perang dunia ketiga. Untung saja bunda, Audi, dan bang Kevin tak lagi dirumah.
" Plak .. Plak .. " tamparan mendarat pada pipi Mario

" Dasar buaya " ucap perempuan itu sambil pergi. Ia menatapku sinis dan bilang " Lu cewenya Mario juga ? Jangan mau dikadalin sama buaya " perempuan itu langsung pergi. Aku hanya tertawa geli.

" Plaaaakk.. " tamparan kedua dari perempuan kedua " Dasar playboy, gue benci sama lo "
Lagi - lagi aku ditatap sinis dia pergi tanpa mengeluarkan kata sedikit pun padaku. Aku mendekati Mario.

" Hahaha .. Makanya jangan sok sok an playboy jadi orang. Emang enak, rasakan :D " entah mengapa aku merasa senang sekali.

" Rese lu ... "

*Malam Promnight

" Ka Willy mana. Udah jam berapa ini ? " gerutuku dalam hati

" Heh cewe jadi-jadian. Mau bareng engga ? "

" Aku mau nungguin Ka Willy saja "

" Si Willy engga bakalan jemput. Lu mau nunggu sampe itu acara selesai ? " aku hanya menggelengkan kepalaku. " Yaudah ayok " Mario menarikku kedalam mobil.

" Kenapa Ka Willy tak menjemputku, padahal tadi dia sudah janji " gumamku

Banyak tamu undangan yang hadir. Ramai sekali. Semua datang dengan pasangannya. Sedangkan aku dengan si cowo tengil. Ku tengak tengok dimana Ka Willy berada. Acara sudah dimulai. Aku melihat Ka Willy berada dibangku depan bersama Ka Melodi. Aku sedikit kecewa, kenapa dia bersikap seperti ini.  Dengan terpaksa aku mengikuti Mario. Sangat membosankan bagiku, entahlah mereka yang berbicara didepan sana ngomong apa. Sampai saatnya pengumuman King dan Queen aku baru mendengarkannya.

" Yang menjadi King malam ini adalaaaahhh... Willy Witson " teriak MC . Semua bertepuk tangan

" Dan yang menjadi Queen malam ini adalaahahh... Nessa Anggita Laura "

" Heh cewe jadi-jadian nama lu disebut itu " kata Mario sambil menyenggol tanganku.

" Iya aku tau " aku langsung ke depan panggung

Aku tak menyangka bisa menjadi Queen malam ini. Sepertinya yang menilai matanya sudah buta. Bagaimana tidak malam ini penampilanku berkacamata, rambutku dikepang, dan aku mengenakan dress putih. Ka Willy lah yang menginginkanku seperti itu. Tiba-tiba saja Ka Melodi keatas panggung. MC mempersilahkan ia bicara.

" Selamat malam guys " sapanya " Mungkin langsung aja ya, saya mewakili Willy berdiri disini ingin memberi pengakuan kepada kalian semua bahwa Willy Witson pada saat itu tidaklah benar-benar menjadikan Nessa Anggita Laura sebagai kekasihnya " jelas Melodi

" Kenapa Mel bukankah mereka sangat cocok ? " tanya salah satu temannya.

" Iya Ka mereka cocok sekali " Ucap teman seangkatanku

" Cocok darimana ? Jauh banget kali. Liat dong Willy cakep masa iya mau sama cewe culun gitu " ujarnya. " Lihat saja penampilannya malam ini, ih engga banget deh " sambungnya lagi.

Kali ini aku benar-benar tak kuasa menahan air mata. Dan herannya Ka Willy diam saja. Katakan jika memang itu benar, katakan jika itu salah.

" Will, lu terus terang dong ke mereka semua kalo lo jadiin cewe culun itu sebagai taruhan doang. Emm iya kan Mario ? " ucap Melodi lagi dan membawa-bawa nama Mario

" Kamu keterlaluan Ka, kamu puas udah ngejatuhin harga diri aku didepan banyak orang. Kamu puas ? Seharusnya dari awal aku tau kaka engga benar-benar tulus. Aku terlalu bodoh bisa tertipu dengan mulut manis kaka.  Selamat kaka udah berhasil " aku pun berlari pergi dari tempat itu.

Aku engga habis pikir Mario sama sekali tak memberitaukan aku soal ini. Kenapa dia diam saja ? Jahat sekali. Aku benci mereka. Ku putuskan esok hari pindah ke Bandung. Melanjutkan kuliah disana dan mengelola perusahaan orang tuaku.

2 tahun kemudian

Aku telah lulus dari kuliahku. Aku tak sabar ingin cepat-cepat mengelola perusahaan yang udah dibangun oleh orangtuaku. Aku pun sama sekali belum melihatnya seperti apa dan dimana perusahaan itu berada. Yang aku tau ada di Bandung. Ku ambil handphoneku untuk menelpon pengacara keluargaku. Aku ingin memastikan kapan aku bisa mengelola perusahaan yang diwariskan untukku. Syukurlah besok lusa aku bisa langsung melihat tempatnya.
Seketika aku teringat dengan Mario, cowo tengil itu. Ahsudahlah tak penting memikirkan hal itu, itu hanya masa lalu.

*Di Perusahaan

" Ini dia perusahaan yang selama ini dibangun ayah kamu Git " kata om Rudi selaku pengacaraku

" Wah, besar sekali om " aku terkagum kagum

" Mari kita kedalam "

Aku semakin bangga terhadap orangtuaku. Dengan upaya kerja kerasnya membuahkan hasil seperti ini. Beberapa karyawan menyambut kedatanganku. Berlebihan sekali, seperti presiden saja. Walau begitu aku harus menghargai mereka. Karna sebaliknya itu artinya mereka menghormatiku. Tapi tunggu, seperti ada pemandangan yang tak asing lagi bagiku. Seseorang yang dulu yang pernah mempermainkan aku. Ka Willy. Kenapa dia berada disini ? Apa dia bekerja disini ? Dibagian apa ?. Apa ia mengenaliku ? Entahlah sepertinya tidak.

Sudah sebulan aku mengelola perusahaanku. Semua masih terlihat baik-baik saja. Ada satu hal yang menjadi pikiranku saat ini. Jangan sampai ka Willy itu mengetahuiku. Aku sengaja menyamarkan namaku menjadi Gita. Karna aku tak ingin mengingat ingat kejadian 2tahun yang menyakitkan itu. Hobi melamunku ternyata makin menjadi-jadi. Sampai-sampai aku lupa dengan pekerjaanku.

" Tok..tok..tok.. " Suara ketukan pintu diruang kerjaku

Aku pun mempersilahkannya masuk " Masuk "

" Permisi bu, ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani "

Oh my god. Ka willy yang menemuiku. Jangan sampai ia mengenaliku. Aku engga boleh panik dan tetap tenang agar ia tak curiga padaku.

" Oh iya jangan panggil saya ibu. Panggil saja Gita. Ini sudah semua, ada yang lain lagi ? "

" Terimakasih bu eh Gita. Tidak ada kalo gitu saya permisi "

Ternyata Ka Willy masih belum mengenaliku. Baguslah kalo begitu. Dia terlihat berbeda. Sikapnya lebih sopan. Ahsudahlah

*

Siang ini aku harus meeting dengan klien ku yang di jakarta. Mau engga mau aku harus terbang pagi ini juga. Segala sesuatunya telah ku persiapkan dari jauh-jauh hari. Aku tak ingin melewatkan tender yang besar ini. Aku tak sendirian, seharusnya dengan sekretarisku, Vina. Namun ia berhalangan lantaran sedang sakit. Ka Willy lah yang menggantikannya. Aku tak bisa mengelaknya. Tak ada lagi yang bisa diandalkan selain dia.

* Ruang Meeting

Sudah hampir setengah jam aku menunggu pimpinan perusahaan ini tak kunjung datang. Bukan aku saja yang merasa bosan. Pihak perusahaan lain pun merasakan hal yang sama.

" Maaf, saya terlambat. Dijalan macet sekali. "

Akhirnya datang juga pemilik perusahaan ini. Aku sangat mengenalinya. Bukankah ia Mario ? Cowo tengil itu ?. Entah kenapa disela-sela penjelasan meeting ia selalu memperhatikanku. Apa dia mengenaliku ? Semoga saja tidak.
2 jam kemudian meeting telah selesai. Aku berharap perusahaan yang ku garap dapat memenangkan tender ini.

" Will, kamu ambil mobil ya saya tunggu disini " kataku

" Baik bu Gita "

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menegorku. " Ada yang bisa saya bantu ? " . Mario yang menyapaku.

" Oh tidak pak, terimakasih. Itu dia mobilku sudah datang "

" Mari bu, biar saya yang bawa " ucap ka Willy

" Gita. Nessa Anggita Laura "

Aku memberhentikan langkahku menuju mobil. Aku terkejut dengan ucapan Mario barusan. Apa itu artinya ia mengenaliku ?

" Apa ? Maksud lo apaan yo ? Jelas-jelas ini bu Gita "

" Lo sama sekali engga ngenalin dia Will ? Lo perhatiin baik-baik "

Ka Willy menatapku semakin dalam. " Nessa " itulah kata yang keluar dari mulutnya.

Ka Willy memelukku dan menghapus airmataku. " Kau kemana saja Nes, selama ini aku mencarimu. Dan selama aku bekerja di perusahaanmu kenapa kau seolah olah tak mengenaliku "

Aku masih diam. Luka yang dulu pernah aku buang jauh-jauh kini malah kembali. Rasanya sakit sekali bila mengingat hal itu.

" Aku tau waktu kejadian itu kamu pasti marah dan kecewa sama aku. Tapi ada satu hal yang perlu kamu tau. Cinta aku engga pernah palsu untuk kamu " ucap Ka Willy lagi

Mario pun mendekatiku seraya berkata, " Bukan hanya Willy, tapi aku juga. Aku mencari kamu. Tak ada satupun yang tau keberadaanmu seolah olah kau ditelan bumi. Aku khawatir sama kamu dan aku sayang sama kamu " ucap Mario yang semakin dalam menatapku.

" Kalau begitu kau harus memilih diantara kita berdua. Aku atau Mario "

Aku menghela nafas berkali-kali.
" Maaf, aku tak bisa memilih diantara kalian berdua. Aku engga mau masuk ke lubang yang sama lagi. Lagipula aku sudah mengubur rasa ini dalam-dalam "

" Tapi Ness, aku cinta sama kamu " kata ka Willy

" Apa ka ? Cinta ? Bulshit... !!! . Kenapa pada saat kejadian waktu itu kaka diam saja. Sama sekali tak membelaku sedikit pun "

" Aku minta maaf Ness, aku bingung harus berbuat apa "

" Sudahlah ka, tak usah dibahas lagi masalah itu. Aku sudah melupakannya "

" Apa masih ada kesempatan untuk kita berdua ? " ucap Mario penuh harap

" Sudah ku bilang, aku tak ingin masuk ke lubang yang sama. Asal kalian tau, cinta itu bukan permainan. Cinta itu anugerah. Tak bisa seenaknya kalian mempermainkannya begitu saja "

Aku memutuskan kita bertiga berteman saja. Ya itulah keputusan yang terbaik menurutku.


Jangan sekali-kali kau mempermainkan hati seorang wanita, karna hati yang patah takkan mungkin kembali utuh. Suatu saat pasti kau menyesalinya



TAMAT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar