Senin, 06 April 2015

WAKTU

Waktu...
Dapatkah kau mengulangi waktumu untukku?
Waktu dimana kau pertamakalinya pertemukan aku dengan dia..
Waktu dimana canda tawa itu masih ada..
Waktu dimana saling berbagi cerita itu ada..
Waktu dimana aku dapat tersenyum..
Waktu dimana aku dapat tertawa lepas dengan tingkah konyolnya..
Bisakah itu ?
Bisakah kau mengulangi itu ?

Waktu..
Terkadang aku membencimu..
Kau terus berlari seakan tak kenal lelah..
Tak bisakah kau berjalan pelan ?
Atau bisakah kau berjalan mundur ?
Karna kau yang telah mengubah diriku dan dirinya..
Aku membencimu waktu...


BY : Afika Yulia

Jumat, 03 April 2015

Cerpen : Villa Hitam

Libur telah tiba..Libur telah tiba.. Horee Horee...
Begitulah lirik lagu pada salah satu lagu anak-anak. Sebagai seorang mahasiswa waktu liburan inilah yang paling ditunggu-tunggunya. Butuh penyegaran otak alias refreshing akibat dikejar-kejar tugas (ngedeadline), Uts dan UAS.
Kita berempat berencana ingin liburan ke puncak. Kita rasa disanalah tempat yang cocok menyegarkan otak dengan udara dan panoramanya yang indah. Oh iya, kita berempat terdiri dari 2 cowo dan 2 cewe. Juan, leo, Vio, dan Oca itulah nama kita.
Juan orangnya asik, pemberani, dan hobi traveling. Beda dengan Leo yang cuek dan hobi fotografi. Vio si gadis penakut dan Oca si tomboy. Kita bersahabat sejak dibangku smp.

" Ca, udah dimasukkin semua barang-barangnya ? " tanya Leo
" Udah, tinggal si Vio doang yang belom "
"Ocaaaaa... bantuin dong berat nih " Vio teriak dari dalam rumah
" Kalian tunggu sini aja biar aku yang kedalem " ucap Juan
Tak lama kemudian Juan dan Vio keluar dengan membawa dua koper dan tas ransel milik Vio.
" Astagaa Vi banyak banget. Kau mau sekalian migrasi " kata Oca
" Duh.. udah deh jangan pada bawel. Masukkin cepetan nanti kita kesiangan belum lagi macetnya" ucap Vio sambil berkaca dan merapikan poninya

*sampai di villa
" Akhirnya nyampe juga " kata Vio yang langsung masuk kedalam villa
" Kau yakin Jun ini tempatnya ? " tanya Oca
" Ya kata bokap sih disini tempatnya "
Villa teratai begitulah namanya. Villa yang bercat putih ini dikelilingi oleh view yang indah. Gunung-gunung yang menjulang dapat terlihat jelas dari villa itu. Sawah-sawah, bukit dan lainnya juga ada. Leo yang hobi fotografi tak akan melewati kesempatan ini. Tiba-tiba kami mendengar teriakan Vio didalam. " Aaaaaaaaa.... " kita bergegas kedalam.
" Kau kenapa Vi ? " tanya Juna
" Tadi aku liat kakek-kakek serem banget. Udah gitu dia melihatku " jelas Vio
" Mungkin dia penjaga villa ini " ucap Leo
Kakek itupun datang dari arah dapur dengan membawa suguhan air.
" Misi anak muda. Silahkan ini diminum tehnya " ucap si kakek
" Maaf kek, kakek ini siapa ya ? " tanya Juan pada kakek
" Saya Kakek Umar penjaga di villa ini "
" Ku bilang juga apa. Dasar penakut " sindir Leo pada Vio
" Kalo gitu saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa kalian bisa panggil saya disebelah villa ini " ucap kakek sembari pergi

* Tengah Malam
" Ca, aku laper lagi nih " rengek Vio sambil menggoyang-goyangkan tubuh Oca yang sedang tidur
" Apaan sih Vi, berisik aku lagi tidur. Ganggu aja !! " ucap Oca yang masih memejamkan mata
Tanpa pikir panjang lagi Vio langsung menuju dapur dan berharap ada sesuatu yang bisa mengganjal perutnya. Sebenarnya ia merasa takut tapi apa boleh buat.
" Astaga, kenapa tak ada apa-apa. Pelit sekali Leo belanja pas-pasan untuk sekali makan tadi " gerutu Vio sambil mengobrak abrik lemari dan isi kulkas. Beruntungnya ia menemukan satu butir telur ayam mentah. Setidaknya masih bisalah untuk mengganjal.
Seketika angin berhembus dengan kencang, diikuti jendela dapur yang terbuka lebar, tembok villa yang bercat putih menjadi hitam seluruhnya, tak lama lampu berkedip-kedip. Vio yang sedang masak pun berhenti. Ia merasa sangat ketakutan. " Ada apa ini ? " ucapnya takut
Muncul bayangan hitam menghampiri dirinya. Vio melangkahkan kakinya mundur kebelakang. Bayangan itu semakin dekat dan dekat. Vio pun pingsan.

*Keesokan harinya
" Gimana ? Dia udah sadar ? " tanya Oca sehabis ambil air minum
" Kau liat saja sendiri. Daritadi engga bangun-bangun " kata Leo
Vio pun sadar dari pingsan nya.
" Aku dimana ? Sakit sekali " kata Vio sambil memegangi kepalanya
" Nih diminum dulu Vi " Oca menyodorkan air minum untuknya
" Sebenernya kau kenapa Vi ? " tanya Juan
" Yang aku ingat aku lagi masak didapur tiba-tiba ada angin kenceng banget dan ada bayangan hitam yang mendekatiku. Setelah itu aku tak dapat mengingat apa-apa lagi " jelas Vio
" Mengigo saja kau Vi " ejek Leo
" Engga mungkin aku ngigo. Temboknya ? Kenapa putih ? "
" Aduh Vi dari awal kita dateng kan emang putih " greget Leo
" Iya aku tau, tapi pas kejadian itu berubah jadi hitam "
" Mungkin kau kecapean Vi, jadi mikir yg engga-engga gitu. Istirahat lagi gidah " kata Oca

2 hari kemudian
" Ada yang ngeliat Vio " tanya Oca pada Juan dan Leo yang sedang asyik bermain badminton
" Daritadi pagi kita main, engga liat dia keluar " jawab Juan
Oca kembali masuk kedalam. Seketika ia merasakan hawa yang panas. Sekujur tubuhnya merinding. Langit berubah gelap disertai petir dan angin kencang. Tembok villa menghitam. Suasana semakin mengerikan dan seram. Juan dan Leo pun menyudahi permainannya dan kembali kedalam.
" Ada apa ini ? " ucap Leo
" Lihat lah disana " ucap Juan sambil menunjuk kearah pojok ruangan.
Mereka melihat sosok berjubah hitam melayang-layang. Bukan hanya itu, Vio pun bersamanya dengan keadaan pingsan
" Kau siapa ? Lepaskan teman kami. Kau mau apa ? " tanya Oca pada sosok berjubah hitam itu.
" Kembalikan teman kami "pinta Oca
Sosok berjubah hitam itu tetap diam.
" Mengapa kau diam saja ? Kau tuli ? Ku bilang kembalikan teman kami !! " kali ini Oca benar-benar marah. Jubah hitam itu lalu menurunkan Vio sembari menghilang tanpa sepatah kata pun.
" Vi, bangun vi.. "
" Sampai kapanpun kalian tak akan bisa menyadarkannya " ucap kakek Umar yang tiba-tiba sudah berada disamping kami.
" Lalu bagaimana ? Apa kakek tau ? Bisakah kakek memberitahu kami ? " kata Juan
" Jika kalian ingin teman kalian tersadar, kalian harus mencari mawar hitam sebanyak-banyaknya. Lalu tanam disekitar villa ini. Maka jubah hitam itu akan kembali lenyap dan teman kalian akan tersadar. Apabila kalian tak berhasil menemukannya teman kalian akan mati sia-sia " jelas kakek Umar
" Mawar hitam ? Dimana kita bisa mendapatkannya ? Pasti sulit sekali ? " kata Leo
" Kalian bisa menemukannya dihutan pada saat bulan purnama " ucap kakek
" Bulan purnama? Apa tak bisa malam ini juga  kek? Aku tak ingin Vio mati konyol disini. Kita juga harus kembali ke jakarta secepatnya " Oca semakin panik melihat semua kondisi yang seperti ini.
" Kalian tenang, kalian beruntung karna malam ini adalah malam bulan purnama. Kalian bisa pergi mencarinya sekarang agar tidak terlalu malam. Biar teman kalian saya yang menjaganya.  "
" Tunggu apa lagi kalo gitu kita pergi sekarang " sergah Juan
" Berhati-hatilah kalian, karna akan banyak rintangan yang akan kalian hadapi " kakek Umar mengingatkan mereka
" Terimakasih kek, kami akan berhati-hati " kata Oca

*
Leo melirik arlojinya, jam sudah menunjukkan pukul 22.30 wib. Sudah sejauh ini mereka belum juga menemukan mawar hitam itu. Nampaknya mereka bertiga sudah sangat kelelahan. Kaki yang menuntun langkahnya sudah tak kuat. Keringat yang keluar dari tubuh mereka mulai bercucuran. Nafas mereka ngos-ngosan. Tenggorokan kering. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak dengan bekal yang mereka bawa ala kadarnya.
" Sudah sejauh ini nampaknya tidak ada tanda-tanda mawar hitam itu ada " ucap Juan sambil menarik botol minuman yang sedang diminum Leo
" Hey kau tak sopan sekali "
" Apa kakek Umar membohongi kita ? Tapi rasanya tak mungkin. Untuk apa ia berbohong " kata Oca
" Aku mulai putus asa, kita sudahi saja pencarian ini. Percuma kita tak menemukan apa-apa " Keputus asaan Leo membuatnya seperti orang yang lemah
" Apa yang kau bicarakan !! Apa kau tidak ingat tujuan kita mencari mawar hitam itu untuk siapa hah !!! Vio sedang sekarat !!! " Juan terpancing emosi dengan perkataan Leo barusan
" Sudahlah kalian jangan bertengkar terus, aku pusing melihatnya " gertak Oca
Semua kembali tenang. Hanya terdengar suara gemercik api unggun yang dibuat Juan. Kelelawar sudah mulai banyak yang berkeliaran dihutan. Membuat suasana semakin menakutkan. Belum lagi udara dingin yang menjadi-jadi. Api unggun yang dibuat tak berarti apa-apa. Dingin sekali.
Langit semakin gelap. Bulan mulai menampakkan purnamanya. Tak jauh dari tempat kita istirahat, terlihat cahaya yang begitu terang.
" Lihatlah, apa itu disana " suara Oca membangunkan lamunan kedua temannya itu. Ia langsung menuju cahaya itu berada. Disusul dengan Juan dan Leo dibelakang.
" Mawar Hitam " ucap Oca lirih
Ia pun segera mengambilnya, tapi apa yang terjadi tangannya seperti kesetrum dan memerah.
" Kau tak kenapa-kenapa Ca? " tanya Leo
" Aku engga papa, hanya saja aku tak dapat mengambilnya "
" Tanganmu terluka. Sini aku obati "
"  Aku tak peduli dengan tangan ini Le, yang kita harus pikirkan bagaimana caranya untuk mengambil mawar itu. Kita harus cepat sebelum bulan purnama habis "
" Le, tolong ambilkan tang diransel " pinta Juan
" Untuk apa kau membawa tang sebanyak ini "
" Banyak tanya kau Le, kalian berdua bantu aku sekarang memotong tangkainya dengan tang itu "
Akhirnya mereka dapat mengambil mawar hitam itu sebanyak-banyaknya. Mereka berharap semuanya belum terlambat ketika mereka kembali ke villa.

" Kek, kami sudah menemukan mawar hitam ini " ucap Juan yang ngos-ngosan akibat berlari dari hutan
" Secepatnya sekarang kalian tanam. Waktu kalian tidak banyak lagi " perintah kakek Umar
Juan dan Leo segera keluar dan dengan cepat mereka menanamnya.
" Bagaimana keadaan Vio kek, apa ia baik-baik saja ? " tanya Oca sambil menangis
" Tubuhnya semakin melemah, kita berdoa saja agar semuanya baik-baik saja. Emmm sebaiknya kau bantu temanmu diluar sana "
" Baik kek, demi Vio sahabatku apapun akan ku lakukan "

*
Mawar hitam sudah tertanam disekeliling villa itu. Sesaat kemudian kepulan kabut menyelimuti seluruh bagian dari villa itu. Bulan purnama telah habis. Namun apa yang terjadi? Suara teriakan Vio dari dalam villa yang sangat kencang. Angin kencang berhembus seperti layaknya tornado. Kabut itu perlahan menghilang. Terlihat jubah hitam di depan kami. Ia tertawa senang. Apa usaha kami tak berhasil? Mengapa jubah hitam itu tidak lenyap?
" Kalian pikir kalian bisa melenyapkanku begitu saja " ucap jubah hitam itu dengan sombongnya
" Sia-sia sudah semuanya. Apa yang harus kita lakukan sekarang " ucap Leo panik
Oca mendekati jubah hitam itu.
" Ca, jangan kesana. Kau sudah gila !! "
Oca tak mempedulikan perkataan sahabatnya itu. Yang ia fikirkan hanya keselamatan Vio. Itu saja.
" Emmm, berani sekali kau mendekatiku. Apa kau juga ingin menyusul seperti temanmu yang di dalam "
" Jubah hitam, aku mohon kembalikan keadaan Vio sahabatku seperti semula. Aku mohon "
" Kau fikir aku mau mengabulkan permintaanmu hahahaaha "
" Jubah hitam, dengarkan aku. Aku mohon kembalikan sahabatku seperti semula. Kalau memang harus ada yang menjadi korbannya. Aku rela, aku rela menggantikan posisi dia. Aku rela ... " ucap Oca sambil memejamkan matanya
Tiba-tiba tubuh jubah hitam mengeluarkan kepulan asap.
" Stooooopppp " teriak jubah hitam
" Aku takkan berhenti, sebelum kau mengembalikan sahabatku, aku menyayanginya. Aku mohon, kasian dia begitu menderita. Aku takut kehilangan dia. Aku mohoooooonnn "
" Aaaaaaaa tiddaaaaaakkkk " teriak jubah hitam yang tubuhnya sudah terbakar. Ia pun lenyap menjadi abu.
" Apa yang terjadi ? " tanya Oca yang keheranan setelah membuka matanya
" Jubah hitam telah lenyap. Kau hebat Ca " puji Leo
" Apa maksudmu? Aku tak melakukan apa-apa "
" Ketulusanmulah yang membuat jubah hitam itu lenyap anak muda " ucap kakek Umar yang keluar bersama Vio
" Viooo "
Kita berempat berpelukan.
" Ca, makasih ya kalau bukan karna kamu aku tak bisa sembuh lagi "
" Kau ngomong apa sih Vi, kau ini sahabatku aku tak ingin kehilanganmu " memeluk Vio lagi
" Emm kek kalau boleh saya tau sebenarnya jubah hitam itu siapa ya ? " tanya Juan penasaran
" Maaf anak muda, saya tidak bisa menceritakannya "
" Baiklah kek tak masalah. Terimakasih kakek sudah membantu kami selama disini. Esok kita akan kembali ke jakarta "

TAMAT


By : Afika Yulia Sari