Sabtu, 28 Februari 2015

Cerpen : Sahabatku, Cintaku

Sahabat bukan mereka yang menghampirimu ketika butuh, Namun mereka yang tetap bersamamu ketika seluruh dunia menjauh.

Lembaran-lembaran kertas usang masih tersimpan rapi yang didalam nya penuh kenangan. Ku buka lembar perlembarnya. Betapa ku merindukan masa-masa seperti ini. Foto masa kecilku bersamanya. Sahabatku, ya sahabat masa kecilku. Aku sangat merindukanmu. Cepatlah terbang ke Indonesia. Entah harus berapa lama lagi aku menunggumu. Aku telah bosan dengan penantian ini.
Handphoneku berdering tanda sms masuk. " Lusa aku kembali ke jakarta. Aku sudah tak sabar ingin bertemu denganmu. Aku sangat sangat merindukanmu " 

Aku sangat gembira mendengar kabar ini. Bertahun-tahun aku tak berjumpa dengannya, akhirnya tiba juga saatnya. Seperti apa dia sekarang ?. Aku harus menemui mila sekarang. Mila adalah sahabat karibku. Selama ini ia yang selalu menemaniku. 

*

" Mil, gue seneng banget.. " kataku 

" Seneng kenapa ? " ucap Mila yang sedaritadi mencari-cari sesuatu dilacinya.

" Sini dulu dong Mil, dengerin gue "

" Yaudah lu ngomong aja. Gue juga denger kok "

" Sahabat kecil gue yang di paris, besok lusa mau datang ke Indonesia " 

" Ini dia yang gue cari-cari " Mila telah menemukan sesuatu yang dicarinya daritadi " Sorry Key lu ngomong apa tadi ? "

" Ya ampun Mila, daritadi gue ngomong engga denger ? Besok lusa sahabat kecil gue mau dateng ke Indonesia yang di Paris " 

" Are you sure ? " 

" Yeah, makanya gue seneng banget "

" Kenapa bisa samaan ya, pacar gue juga mau balik ke Indonesia besok lusa "

" Akhirnyaaa... kenalin lah ke gue " 

" Boleh tapi lu juga kenalin tuh sahabat kecil lu itu "

" Itu sih gampang.. "

*

" Key, turun sayang liat siapa yang datang " mama menyeruku dari bawah

" Siapa sih yang berkunjung pagi-pagi buta seperti ini " ucapku dalam hati. " Iya mama sebentar " sahutku. Aku langsung memasukkan kucingku kedalam kandang dan bergegas turun kebawah. Aku tak melihat siapa-siapa. " Bi, bibi.. " aku memanggil bi Imah. 

" Iya non, ada yang bisa bibi bantu ? "

" Mama mana ya bi, barusan dia manggil aku "

" Mama non langsung pergi bukannya mau pergi ke paris ? "

" Astaga bi, oh iya aku lupa "

" Kalo begitu bibi permisi dulu non " 

" Oh iya bi tadi ada tamu yang dateng ? Mana orangnya bi ? "

" Iya non. Itu ada didapur "

" Yaudah makasih ya bi "

Ini orang bertamu seenak jidatnya aja. Engga ada sopan-sopan nya. Berisik sekali di dapur. Apa jangan-jangan dia mau maling ?.

" Heh lo siapa ? " kataku sambil memegangi gagang sapu

" Keyla, itu kamu ? Ini aku Tomi sahabatmu " ucapnya

Sapu yang kupegang terjatuh. Aku tak percaya didepanku benar-benar dia. " Kau diam saja, apa kau tak ingin memeluk sahabatmu ini ? " ucapnya lagi. Aku memeluknya. Betapa aku merindukannya. 

" Lo jahat tom, kenapa baru sekarang kau menemuiku " aku melepas pelukanku

" Gue sibuk banget, maaf ya. Yang penting kan sekarang gue udah pindah ke indonesia. Gue janji gue akan selalu ngelindungin lo " 

Tomi memelukku. Kali ini semakin erat. Tiba-tiba saja aku menyium bau yang sangat menyengat.
" Bau apa ini, Lo belom mandi ya Tom ? " ucapku menghindar  dari Tomi

" Enak saja gue wangi begini "

" Astaga, itu gosong. Matiin kompornya matiin "

Tomi langsung mematikan kompornya. Kita berdua tertawa geli. " Ayam gue gosong kan tuh " 
" Mirip kaya lu Tom haha " 

" Haha sial kau "

" Oh iya Tom nanti siang kita makan siang bareng yuk diluar ? "

" Siang ini ya, emm maaf key gue udah ada janji " 

" Oh gitu yasudah tak apa "

*Siang harinya

" Mil, lo udah lama. Sorry tadi mobil gue mogok " kata Keyla dengan nafas ngos ngosan.

" Iya woles, eh lo sendirian ? Mana sahabat lo katanya mau ngenalin ke gue ? "

" Iya dia engga bisa dateng. Dia udah ada janji sama orang lain. Mil, pacar lo mana ? "

" Dia lagi ke toilet, eh itu dia key "

Aku menoleh ke arahnya. Aku terkejut, dia begitu familiar dimataku. Entah mengapa dadaku terasa sakit ketika ku tau bahwa kedua sahabatku ini berpacaran. 
" Key, lo disini ? " tanya Tomi

" Emm iya, lo disini juga ? " aku menanya balik

" Jadi kalian berdua sudah saling kenal ? " sambung Mila 

" Iya Mil, Tomi adalah sahabat kecil gue yang selalu gue ceritain ke lo "

" Kalian sahabatan ? " tanya Tomi lagi 

" Dunia sempit banget ya ? Bisa kebetulan kaya gini " kata Mila

" Oh iya, mamanya Keyla meminta aku tinggal dirumahnya. Karna saat ini beliau sedang ke luar negeri. Apa kamu izinin aku Mil ? " 

" Tom, aku pasti ngijinin kamu kok. Dan aku engga perlu khawatir "

" Makasih banyak ya sayang "

Aku merasa ada sesuatu yang hilang. Jujur hati ini mengatakan tak rela. Namun aku bisa apa ? Cemburu pun aku tak berhak.

Hari demi hari telah terlewatkan. Baik dirumah maupun disekolah jarang sekali Tomi meluangkan waktunya sedikit untukku bahkan tak pernah. Kini dia berubah. Ia bukan Tomi yang aku kenal sebelumnya. Perhatian dan kasih sayang Tomi udah terbagi ke yang lain. Percuma saja dia berada disini, hubungan kita semakin jauh. Bukan pertemuan seperti ini yang aku harapkan.
" Aku butuh kamu Tom " batinku

Ingin sekali rasanya teriak sekencang kencangnya. Tapi rasanya tak mungkin aku bisa dikeluarin dari kelas nanti. Bel istirahat pun berbunyi aku berniat untuk mengajak Tomi istirahat bareng. Niatku hanya ingin mempererat lagi persahabatan ini.
" Tom, kantin bareng yuk " ajakku

" Emm gue sama Mila mau ke perpus "

" Oh yaudah kalo gitu "

" Mau ikut key ? " ajak Mila

" Engga deh, gue kekantin aja "

" Yaudah kalo gitu " kata Mila lagi

Rasanya melihat mereka berduaan terus, hati ini makin teriris -iris saja. Sakit sekali. Kali ini  aku tak kuasa menahan semuanya. Aku berlari keluar kelas dan mencari tempat sepi. Aku mulai menitikkan air mataku.

" Hapus air mata kamu, nih " ucap Beno yang tiba-tiba datang dan mengulurkan saputangan. " Aku paling tidak suka melihat cewe menangis "

Beno adalah teman baikku. Akhir-akhir ini dialah yang selalu ada disampingku. Memberi perhatian lebih kepadaku, entah apa maksud dari semua itu. 
" Ben, iya makasih " kataku sambil mengambil saputangan itu

" Kau kenapa ? Soal Tomi lagi ? " tanyanya

Aku hanya mengangguk. Aku semakin menjadi-jadi. Beno memelukku dan menenangkan tangisanku. Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing sekali. Pandanganku tak jelas, buram. Hidungku mengeluarkan darah. Aku pingsan dipelukkan Beno.

*Rumah sakit

Kepalaku sakit sekali. Dimana aku ?  Sepertinya bukan dirumah. Tanganku diinfus dan aku memakai selang pernafasan. Aku melihat Beno tertidur pulas. Kenapa aku bisa berada dirumah sakit ? Apa yang terjadi padaku ?. Beno terbangun dari tidurnya, mungkin karna mendengar rintihanku.

" Key, kau sudah sadar ? Sebentar aku panggilkan dokter "

Dokter memasuki ruang rawatku. 
" Bagaimana dok keadaan Keyla ? " tanya Beno

" Waktu Keyla sudah tak lama lagi "

" Maksud dokter ? "

" Keyla mengidap leukimia "

" Dok, tolong lakukan sesuatu dok " paksa Beno

" Maaf, saat ini yang hanya bisa kita lakukan adalah berdoa. Serahkan semuanya kepada Allah. Berharap semoga keyla mendapat mukjizat " 
Dokter meninggalkan ruangan. 

" Key, kenapa kau menutupi penyakitmu ini "

Aku hanya diam. Yang pastinya aku tak ingin menjadi beban orang-orang disekitarku.
" Ben, makasih ya lo selau ada buat gue, selalu ngasih perhatian ke gue. Maaf gue belom bisa bales kebaikan lo ini " ucapku terbata-bata

" Kamu ngomong apa sih. Yang terpenting sekarang aku pengen kamu sembuh "

" Ben, aku nitip ini buat Tomi " kataku sambil menyerahkan sebuah amplop yang berisikan surat.

Dadaku terasa sakit. Nafasku tak beraturan. Sekujur tubuhku mulai dingin. 
" Key, kau baik-baik saja kan ? "

" Asyhadu allaa ilaahaillallah Wa asyhadu anna muhammadarrosulullah " 
Aku telah pergi meninggalkan dunia. Dunia yang mengajarkan aku arti akan hidup. Dunia yang memperkenalkanku dengan seorang sahabat. Dan dunia pula yang mengajarkanku arti rela dan ikhlas. 

*Tiga hari kemudian

" Mil, kamu liat Keyla ? Kamu tau dia ada dimana ? "

" Loh kan kamu yang tinggal dirumahnya "

" Itu dia,  udah beberapa hari ini Keyla tidak pulang "

" Tom, ini ada titipan buat lo " Tanpa basa basi Beno menghampiri Tomi dan menyerahkan amplop itu. Ia pun pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

" Apa ini ? " ucap Tomi sembari membuka amplop itu. Isinya adalah surat yang ditulis Keyla untukknya.

Dear Sahabatku..

Setelah kau membaca surat dariku ini mungkin aku sudah tak ada. Maaf aku pergi tak pamit denganmu. Aku juga mau minta maaf karena selama ini aku menyimpan rasa sama kamu. Dari kecil sampai sekarang rasa itu masih sama. Perhatian kamu, kasih sayang kamu, peduli kamu, semuanya telah membuat aku cinta. Aku cinta kepada sahabatku sendiri. Namun, begitu aku tau kalau kamu sudah bersama dengan yang lain. Aku merasa ada sesuatu yang hilang. Perhatian kamu, kasih sayang kamu ke aku sudah terbagi. Kau tau Tom ? Ketika kau menolak semua ajakkanku. Rasanya menyakitkan sekali. Padahal niatku ingin memperbaiki hubungan persahabatan kita. Tapi apa daya aku hanya bisa diam. Disaat itu pula aku memilih memutuskan melupakan kamu dan menghapus semua rasa itu. Aku yakin hidup kamu bakal jauh lebih tenang. Terimakasih telah menjagaku. Terimakasih telah menjadi sahabatku. Terimakasih atas semuanya. 
Tom, bisahkah kau mengabulkan permintaan terakhirku ini ? Aku ingin kau meletakkan mawar putih diatas tempat peristirahatan terakhirku. Itu saja.. 
Terimakasih..

Salam sayang sahabatmu

Keyla

Tomi menyesal atas apa yang ia lakukan kepada Keyla. Seandainya waktu dapat diputar. 

" Maafin aku Key, Aku janji sama kamu setiap hari aku akan ke makam kamu dan membawa mawar putih untukmu " 




Jangan sia-siakan sahabatmu atau orang-orang yang sayang kepadamu. Suatu saat kau akan menyesalinya ketika mereka tak lagi ada.


By : Afika Yulia

Kamis, 26 Februari 2015

Cerpen : Karena Cinta Bukan Permainan Part II

" Okeh, semuanya udah pada ngumpul kan ? " teriak Ka Melodi. " Wil, buruan mumpung ada orangnya tuh " Bisik Ka Melodi Pada Ka Willy.

" Semuanya tenang " teriak Ka Melodi lagi

" Mata ini selalu memandangnya dari kejauhan. Beribu-ribu rasa penasaran yang selalu merasuk dalam otakku. Diam-diam aku telah memperhatikannya meskipun dia tak tau. Dia yang baik, dia yang sabar, dia yang lucu, dia yang unik, dan dia yang telah mengajarkanku cinta. Dia adalah Nessa Anggita Laura " jelas Ka Mario

Semua mata tertuju padaku. Aku pun sangat terkejut mendengar pengakuan itu. Denyut jantungku berdetak tak beraturan. Badanku terasa panas dingin. Bagaimana bisa ? Rasanya tak mungkin sekali.

" Ren, ini pasti mimpi "
Iren langsung mencubit pipiku. " Aww.. sakit Ren "

" Itu artinya kau engga mimpi "

Aku hanya bisa terdiam. Aku bingung harus melakukan apa. Ka Willy sudah membuatku salting didepan banyak orang. Perlahan-lahan Ka Willy mendekatiku. Rasanya aku ingin pergi dari tempat ini namun tak bisa. Ia mengulurkan tangannya, aku masih diam saja. Sampai-sampai Iren yang gregetan melihat pola tingkahku dengan sigap meletakan telapak tanganku diatas telapak tangan Ka Willy. Aku melotot pada Iren. Lalu Ka Willy menarikku perlahan ke tengah. 

" Sejak awal pertama melihatmu, aku sudah menyukaimu. Lama kelamaan rasa ini semakin menjadi-jadi. Aku ingin kamu yang mengisi hari-hari kosongku. Menjadi penyemangat hidupku. Apa kau mau ? "

Aku masih terdiam dan tak percaya dengan apa yang dilakukannya terhadapku. Apakah ia tak sadar bahwa baru saja ia sedang menembakku. Lalu aku harus bagaimana ? Terima atau tidak.
" Terima..Terima..Terima.. " seisi kantin bersorak

" Bagaimana ? Apa kau menerimaku ?
Aku pun hanya mengangguk tanda aku menerimanya. Ka Willy memelukku didepan banyak orang. Malu sekali.

*
Sudah satu minggu aku menjalani hubungan dengan Ka Willy dengan baik. Sampai saat ini aku masih tak percaya. Entahlah kenapa bisa ? Bukankah aneh sekali ? . Sudah berkali kali aku menanyakan hal ini. Berkali kali juga Ka Willy hanya menjawab " Bukan fisik kamu yang aku liat, tapi hati kamu " . Ya hanya itu. Sejujurnya aku telah memendam rasa padanya saat dulu menjalani ospek. Waktu itu aku sadar siapa aku dan siapa dia. Untuk itu pada saat itu juga aku memutuskan melupakan rasa yang pernah ada  padanya.

" Nes, Nes ... " ucap Ka Willy membangunkan lamunanku. Sepertinya aku hobi sekali dengan melamun.

" Eh iya ka, ada apa ? "

" Kenapa engga dimakan ? Kamu engga suka . Aku ganti ya ? "

" Engga usah ka aku udah kenyang. Sepertinya aku tak enak badan. Aku ingin pulang saja " pintaku

Ini pertama kalinya Ka Willy mengantarkanku ke rumah. Karna sejak kemaren ia sibuk dengan kegiatan organisasinya. Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Sesekali Ka Willy memperhatikanku. Mungkin terasa aneh baginya. " Kau kenapa ? Seharian ini kau lebih banyak diam. Ada masalah ? " Ka Willy menegorku.

" Tak apa ka " jawabku singkat. " Oh iya nanti lampu merah belok kiri ka " kataku lagi

" Okeh "

Aku masih saja terdiam tanpa mengeluarkan kata sepatah sedikit pun kecuali mengarahkan jalan.
" Emm ka stop ka "

" Kenapa berhenti disini ? "

" Kita sudah sampai ka itu rumahnya " kata Nessa sambil menunjukkan rumah tante Nia

" Loh itu bukannya rumahnya Mario ? Kenapa kamu bisa tinggal disini " tanyanya

" Emm, tante Nia lebih tepatnya bundanya Mario adalah teman bisnis kedua orang tuaku. Untuk itu tante Nia mengajakku tinggal bersamanya. Kaka tau kan, semenjak orangtuaku meninggal aku udah engga punya siapa-siapa lagi "

" Aku minta maaf ya, aku engga bermaksud buat kamu sedih. Mulai sekarang kamu engga akan merasa kesepian lagi. Ada aku disini " ka willy langsung memelukku erat

" Emm ka aku masuk duluan ya, kaka mau mampir ? "

" kaka ada urusan lagi. Mungkin next time "

" Yaudah aku masuk, hati-hati dijalan ka "

" Oh iya jangan lupa besok malam promnight "

Hampir saja aku lupa. Apa aku harus datang ? Aku hanya tersenyum.

*

Dibalik pintu aku mendengar ada yang ribut-ribut. Aku pun segera masuk untuk memastikannya. Pantas saja, ini mah sudah perang dunia ketiga. Untung saja bunda, Audi, dan bang Kevin tak lagi dirumah.
" Plak .. Plak .. " tamparan mendarat pada pipi Mario

" Dasar buaya " ucap perempuan itu sambil pergi. Ia menatapku sinis dan bilang " Lu cewenya Mario juga ? Jangan mau dikadalin sama buaya " perempuan itu langsung pergi. Aku hanya tertawa geli.

" Plaaaakk.. " tamparan kedua dari perempuan kedua " Dasar playboy, gue benci sama lo "
Lagi - lagi aku ditatap sinis dia pergi tanpa mengeluarkan kata sedikit pun padaku. Aku mendekati Mario.

" Hahaha .. Makanya jangan sok sok an playboy jadi orang. Emang enak, rasakan :D " entah mengapa aku merasa senang sekali.

" Rese lu ... "

*Malam Promnight

" Ka Willy mana. Udah jam berapa ini ? " gerutuku dalam hati

" Heh cewe jadi-jadian. Mau bareng engga ? "

" Aku mau nungguin Ka Willy saja "

" Si Willy engga bakalan jemput. Lu mau nunggu sampe itu acara selesai ? " aku hanya menggelengkan kepalaku. " Yaudah ayok " Mario menarikku kedalam mobil.

" Kenapa Ka Willy tak menjemputku, padahal tadi dia sudah janji " gumamku

Banyak tamu undangan yang hadir. Ramai sekali. Semua datang dengan pasangannya. Sedangkan aku dengan si cowo tengil. Ku tengak tengok dimana Ka Willy berada. Acara sudah dimulai. Aku melihat Ka Willy berada dibangku depan bersama Ka Melodi. Aku sedikit kecewa, kenapa dia bersikap seperti ini.  Dengan terpaksa aku mengikuti Mario. Sangat membosankan bagiku, entahlah mereka yang berbicara didepan sana ngomong apa. Sampai saatnya pengumuman King dan Queen aku baru mendengarkannya.

" Yang menjadi King malam ini adalaaaahhh... Willy Witson " teriak MC . Semua bertepuk tangan

" Dan yang menjadi Queen malam ini adalaahahh... Nessa Anggita Laura "

" Heh cewe jadi-jadian nama lu disebut itu " kata Mario sambil menyenggol tanganku.

" Iya aku tau " aku langsung ke depan panggung

Aku tak menyangka bisa menjadi Queen malam ini. Sepertinya yang menilai matanya sudah buta. Bagaimana tidak malam ini penampilanku berkacamata, rambutku dikepang, dan aku mengenakan dress putih. Ka Willy lah yang menginginkanku seperti itu. Tiba-tiba saja Ka Melodi keatas panggung. MC mempersilahkan ia bicara.

" Selamat malam guys " sapanya " Mungkin langsung aja ya, saya mewakili Willy berdiri disini ingin memberi pengakuan kepada kalian semua bahwa Willy Witson pada saat itu tidaklah benar-benar menjadikan Nessa Anggita Laura sebagai kekasihnya " jelas Melodi

" Kenapa Mel bukankah mereka sangat cocok ? " tanya salah satu temannya.

" Iya Ka mereka cocok sekali " Ucap teman seangkatanku

" Cocok darimana ? Jauh banget kali. Liat dong Willy cakep masa iya mau sama cewe culun gitu " ujarnya. " Lihat saja penampilannya malam ini, ih engga banget deh " sambungnya lagi.

Kali ini aku benar-benar tak kuasa menahan air mata. Dan herannya Ka Willy diam saja. Katakan jika memang itu benar, katakan jika itu salah.

" Will, lu terus terang dong ke mereka semua kalo lo jadiin cewe culun itu sebagai taruhan doang. Emm iya kan Mario ? " ucap Melodi lagi dan membawa-bawa nama Mario

" Kamu keterlaluan Ka, kamu puas udah ngejatuhin harga diri aku didepan banyak orang. Kamu puas ? Seharusnya dari awal aku tau kaka engga benar-benar tulus. Aku terlalu bodoh bisa tertipu dengan mulut manis kaka.  Selamat kaka udah berhasil " aku pun berlari pergi dari tempat itu.

Aku engga habis pikir Mario sama sekali tak memberitaukan aku soal ini. Kenapa dia diam saja ? Jahat sekali. Aku benci mereka. Ku putuskan esok hari pindah ke Bandung. Melanjutkan kuliah disana dan mengelola perusahaan orang tuaku.

2 tahun kemudian

Aku telah lulus dari kuliahku. Aku tak sabar ingin cepat-cepat mengelola perusahaan yang udah dibangun oleh orangtuaku. Aku pun sama sekali belum melihatnya seperti apa dan dimana perusahaan itu berada. Yang aku tau ada di Bandung. Ku ambil handphoneku untuk menelpon pengacara keluargaku. Aku ingin memastikan kapan aku bisa mengelola perusahaan yang diwariskan untukku. Syukurlah besok lusa aku bisa langsung melihat tempatnya.
Seketika aku teringat dengan Mario, cowo tengil itu. Ahsudahlah tak penting memikirkan hal itu, itu hanya masa lalu.

*Di Perusahaan

" Ini dia perusahaan yang selama ini dibangun ayah kamu Git " kata om Rudi selaku pengacaraku

" Wah, besar sekali om " aku terkagum kagum

" Mari kita kedalam "

Aku semakin bangga terhadap orangtuaku. Dengan upaya kerja kerasnya membuahkan hasil seperti ini. Beberapa karyawan menyambut kedatanganku. Berlebihan sekali, seperti presiden saja. Walau begitu aku harus menghargai mereka. Karna sebaliknya itu artinya mereka menghormatiku. Tapi tunggu, seperti ada pemandangan yang tak asing lagi bagiku. Seseorang yang dulu yang pernah mempermainkan aku. Ka Willy. Kenapa dia berada disini ? Apa dia bekerja disini ? Dibagian apa ?. Apa ia mengenaliku ? Entahlah sepertinya tidak.

Sudah sebulan aku mengelola perusahaanku. Semua masih terlihat baik-baik saja. Ada satu hal yang menjadi pikiranku saat ini. Jangan sampai ka Willy itu mengetahuiku. Aku sengaja menyamarkan namaku menjadi Gita. Karna aku tak ingin mengingat ingat kejadian 2tahun yang menyakitkan itu. Hobi melamunku ternyata makin menjadi-jadi. Sampai-sampai aku lupa dengan pekerjaanku.

" Tok..tok..tok.. " Suara ketukan pintu diruang kerjaku

Aku pun mempersilahkannya masuk " Masuk "

" Permisi bu, ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani "

Oh my god. Ka willy yang menemuiku. Jangan sampai ia mengenaliku. Aku engga boleh panik dan tetap tenang agar ia tak curiga padaku.

" Oh iya jangan panggil saya ibu. Panggil saja Gita. Ini sudah semua, ada yang lain lagi ? "

" Terimakasih bu eh Gita. Tidak ada kalo gitu saya permisi "

Ternyata Ka Willy masih belum mengenaliku. Baguslah kalo begitu. Dia terlihat berbeda. Sikapnya lebih sopan. Ahsudahlah

*

Siang ini aku harus meeting dengan klien ku yang di jakarta. Mau engga mau aku harus terbang pagi ini juga. Segala sesuatunya telah ku persiapkan dari jauh-jauh hari. Aku tak ingin melewatkan tender yang besar ini. Aku tak sendirian, seharusnya dengan sekretarisku, Vina. Namun ia berhalangan lantaran sedang sakit. Ka Willy lah yang menggantikannya. Aku tak bisa mengelaknya. Tak ada lagi yang bisa diandalkan selain dia.

* Ruang Meeting

Sudah hampir setengah jam aku menunggu pimpinan perusahaan ini tak kunjung datang. Bukan aku saja yang merasa bosan. Pihak perusahaan lain pun merasakan hal yang sama.

" Maaf, saya terlambat. Dijalan macet sekali. "

Akhirnya datang juga pemilik perusahaan ini. Aku sangat mengenalinya. Bukankah ia Mario ? Cowo tengil itu ?. Entah kenapa disela-sela penjelasan meeting ia selalu memperhatikanku. Apa dia mengenaliku ? Semoga saja tidak.
2 jam kemudian meeting telah selesai. Aku berharap perusahaan yang ku garap dapat memenangkan tender ini.

" Will, kamu ambil mobil ya saya tunggu disini " kataku

" Baik bu Gita "

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menegorku. " Ada yang bisa saya bantu ? " . Mario yang menyapaku.

" Oh tidak pak, terimakasih. Itu dia mobilku sudah datang "

" Mari bu, biar saya yang bawa " ucap ka Willy

" Gita. Nessa Anggita Laura "

Aku memberhentikan langkahku menuju mobil. Aku terkejut dengan ucapan Mario barusan. Apa itu artinya ia mengenaliku ?

" Apa ? Maksud lo apaan yo ? Jelas-jelas ini bu Gita "

" Lo sama sekali engga ngenalin dia Will ? Lo perhatiin baik-baik "

Ka Willy menatapku semakin dalam. " Nessa " itulah kata yang keluar dari mulutnya.

Ka Willy memelukku dan menghapus airmataku. " Kau kemana saja Nes, selama ini aku mencarimu. Dan selama aku bekerja di perusahaanmu kenapa kau seolah olah tak mengenaliku "

Aku masih diam. Luka yang dulu pernah aku buang jauh-jauh kini malah kembali. Rasanya sakit sekali bila mengingat hal itu.

" Aku tau waktu kejadian itu kamu pasti marah dan kecewa sama aku. Tapi ada satu hal yang perlu kamu tau. Cinta aku engga pernah palsu untuk kamu " ucap Ka Willy lagi

Mario pun mendekatiku seraya berkata, " Bukan hanya Willy, tapi aku juga. Aku mencari kamu. Tak ada satupun yang tau keberadaanmu seolah olah kau ditelan bumi. Aku khawatir sama kamu dan aku sayang sama kamu " ucap Mario yang semakin dalam menatapku.

" Kalau begitu kau harus memilih diantara kita berdua. Aku atau Mario "

Aku menghela nafas berkali-kali.
" Maaf, aku tak bisa memilih diantara kalian berdua. Aku engga mau masuk ke lubang yang sama lagi. Lagipula aku sudah mengubur rasa ini dalam-dalam "

" Tapi Ness, aku cinta sama kamu " kata ka Willy

" Apa ka ? Cinta ? Bulshit... !!! . Kenapa pada saat kejadian waktu itu kaka diam saja. Sama sekali tak membelaku sedikit pun "

" Aku minta maaf Ness, aku bingung harus berbuat apa "

" Sudahlah ka, tak usah dibahas lagi masalah itu. Aku sudah melupakannya "

" Apa masih ada kesempatan untuk kita berdua ? " ucap Mario penuh harap

" Sudah ku bilang, aku tak ingin masuk ke lubang yang sama. Asal kalian tau, cinta itu bukan permainan. Cinta itu anugerah. Tak bisa seenaknya kalian mempermainkannya begitu saja "

Aku memutuskan kita bertiga berteman saja. Ya itulah keputusan yang terbaik menurutku.


Jangan sekali-kali kau mempermainkan hati seorang wanita, karna hati yang patah takkan mungkin kembali utuh. Suatu saat pasti kau menyesalinya



TAMAT



Cerpen : Karena Cinta Bukan Permainan Part I

Aku selalu saja memikirkan kejadian itu. Dimana kejadian yang telah merenggut nyawa kedua orang tuaku sebulan yang lalu. Andai saja waktu itu mereka tak pergi ke bandung untuk mengelola bisnisnya mungkin saja mereka tidak mengalami kecelakaan dan pastinya mereka masih disampingku saat ini. Namun, aku tak bisa memungkiri lagi semua telah terjadi. Mungkin Tuhan telah berkehendak lain. 
Well, nama aku Nessa Anggita Laura. Kini aku hanya tinggal bersama Bibi dan Pak Asep. Segala sesuatu yang aku inginkan semua tersedia, namun aku masih merasa ada yang kurang. Ya keluarga, aku merasa kesepian. Aku rindu akan kasih sayang kedua orangtua. 
Aku terlahir dari kedua orang tuaku yang kaya. Meskipun begitu aku tak merasa sombong dengan apa yang ku miliki. Karna itu semua bukan hasil dari jerih payahku sendiri. Penampilanku, bisa dibilang amat culun dengan rambut dikepang satu kebelakang dan berkacamata. Sering sekali teman-teman dikampus menghinaku. Aku tak peduli dengan mereka, niatku baik untuk mencari ilmu. 

" Nes, Nes... " ucap Iren yang menyenggol lenganku. Seketika itu juga aku terbangun dari lamunanku. 
Iren Natasha adalah sahabat terbaikku. Dia yang selalu ada disampingku. Ya meskipun agak tomboy dikit. 

" Apaan sih Ren " jawan Nessa ketus

" Itu Ka Willy manggil kamu "

" Yaudahlah biarkan saja. Mungkin kau salah dengar. Mana mungkin ia menyapa cewe culun sepertiku " jelas Nessa

" Sini ikut aku " kata Iren sambil menarik tangan Nessa keluar kantin menuju mobilnya.

" Mau kemana sih Ren ? "

" Udah deh ikut aja "

Iren langsung menancapkan gas menuju sesuatu tempat. Ternyata Iren mengajakku ke salon. Ku pikir dia ingin mengajakku kemana. To the point aja kali minta temenin kesini, jadi kan engga perlu narik narik aku segala.

" Yaelah Ren, kalo kamu minta temenin nyalon bilang dong, engga usah make acara narik narik segala " 

" Siapa bilang aku yang mau nyalon ? "

" Lalu siapa ? "

" Ssstt... udah deh diem aja, bawel amat sih " pinta Iren

" Maaf, permisi ada yang bisa kami bantu ? " sapa salah satu pegawai salon 

" Eh iya mba, tolong make over temen saya yang satu ini ya " jawab Iren

" Okeh mba, serahkan pada kami "

" Ren, astaga apa-apaan ini "

" Udah deh Nes, diem aja. Toh ini juga buat kebaikanmu "

1 Jam berlalu.

" Nes, itu kamu ? " kaget Iren yang melihat perubahan sahabatnya itu

" Ya iyalah Ren, memangnya siapa lagi. Aku jelek ya ? "

" Apaan sih Nes, sumpah deh kamu cantik banget "

" Halah muji nya bisa aja kamu. Bisa-bisa aku terbang ini haha ". Ucap Nessa sambil tertawa " Oh iya Ren, aku lupa kalo malem ini aku akan menginap dirumah tanteku. Ayo Ren kita pulang " sambung Nessa

" Iya iya sabar, bayar dulu ini "

*Malam harinya

"Assalamualaikum tante "

" Waalaikumsalam. Nessa ini kamu nak ? "

" Iya ini Nessa, memangnya ada yang aneh denganku ? " tanyaku heran

" Kau tumbuh menjadi anak yang manis " puji tanteku

" Gula kali bun manis, haha :D " sambung dari salah satu anak tanteku

" Oh iya tante lupa, ini audi dan kevin. Mereka anak tante "

" Salam kenal " kataku sambil tersenyum

" Kevin, tolong antarkan Nessa kekamar mario. Biar nanti mario sekamar sama kamu. Kasian Nessa pasti udah capek "

" Makasih ya tan, udah ngizinin Nessa tinggal disini "

" Sama- sama sayang, jangan panggil tante panggil bunda dong. Mudah-mudahan kamu betah ya, anggap aja seperti rumah kamu sendiri "

" Iya tan eh bunda. Insyaallah Nessa bakalan betah disini "

*
Kurebahkan tubuh ini diatas kasur. Lagi lagi aku termenung. Aku bersyukur karna masih diberi kesempatan untuk memperoleh kasih sayang orangtua melalui tante Nia. Bukan itu saja, aku tak akan lagi merasa kesepian sebab ada Audi dan bang Kevin. " Pasti menyenangkan " gumamku. Ku lirik jam ditanganku yang menunjukkan pukul 21.00. Aku pun bergegas tidur karna esok ada kuliah pagi.
Baru saja aku memejamkan mata, aku merasakan ada seseorang yang tengah tidur disebelahku dan ternyata itu benar. Aku pun sontak kaget dan teriak sejadi jadinya. " Aaaaaaa.... kau ini siapa ? Mau apa kau masuk kesini ? Apa jangan jangan kau mao maling ? " Aku pun respect memukulinya dengan gagang sapu.

" Aw, aw... gue bukan maling " kata orang itu sambil mengelak dari pukulan Nessa.

" Mana ada maling ngaku. Maling ngaku penjara penuh " ucapku terus memukuli yg ku pikir orang itu maling.


Bunda Nia, Audi, dan Bang Kevin langsung keluar dari kamar setelah mendengar jeritanku.

" Ada apa ini ribut-ribut " tanya bunda

" Ini bun, dia mau maling " jawab Nessa dengan nafas terengah engah

Bang Kevin, Audi dan bunda tertawa geli.

" Loh kalian malah ketawa ? Ini maling loh. Kita kudu lapor polisi sekarang juga "

" Engga usah lapor polisi Nes, itu maling udah jinak haha :D " lawak bang Kevin

" Sudah sudah ini hanya salah paham. Jadi, dia mario anak bunda " jelas bunda

" Jad.. jadi.. kamu bukan maling ? "

" Iya bukanlah "

" Yasudah kalian kembali ke kamar masing-masing " bunda bergegas pergi dari kamarku. Disusul dengan Audi dan bang Kevin.

" Sorry ya, aku engga tau. Aku kira maling " kata Nessa merasa bersalah

" Sorry, sorry . Bonyok nih gue " ucap Mario yang merintih kesakitan

*
Ku berjalan menyusuri koridor. Entah mengapa terasa begitu aneh. Orang-orang disekelilingku melihatku dengan terbelalak. Begitu pula aku yang sesekali mendengar percakapan mereka.
" Cantik sekali dia "
" Itu bukannya Nessa si cewe culun itu?"
" Gileeee... cantik bener "

Aku terus berjalan tanpa mempedulikan itu semua.

" Ehciyeeee... yang jadi pusat perhatian semua orang " ledek Iren

" Iren, mulai deh "

Aku langsung mengambil hpku ditas. BBM dari Ka Willy:
" Nes, abis dzuhur masih ada jam tidak ? "
Aku terperanjat kaget. Tumben sekali Ka Willy bbm ku. Padahal hampir tak pernah dia menghubungiku.

Ku balas saja " Tidak ada ka, kenapa ? "
" Aku ingin mengajakmu makan siang berdua. Apa kau mau ? "

Aku semakin terkaget kaget dibuat olehnya. Bagaimana mungkin ketua senat mengajakku untuk makan siang berdua. Dia itu ketua senat, kapten tim basket, pintar, tampan, bahkan bisa dibilang dia adalah idaman cewe cewe dikampusku. Sedangkan aku hanya cewe culun.

" Ren, bagaimana ini Ka Willy mengajakku makan siang bareng. Aku harus jawab apa ? " tanyaku pada Iren.
Iren langsung merebut hpku dari tanganku. Dengan kilat ia mengetik " Iya ka aku mau " sebagai balasan bbm dari Ka Willy.

" Ren, siniin engga hpku " aku langsung merebut kembali hpku. Dan aku kesal dengan Iren yg dengan lancangnya membalas bbm dari ka Willy. " Ireeeeeeeennn, rese banget sih. Mau taro dimana wajahku ini. Jual mahal dikit kek "

" Haha udahlah jalanin aja. Sebenernya juga kau mau kan ? Haha Ciyeee ciyeee... "

" Apaan sih Ren, kau ini meledek saja kerjaannya "

" Sssttt.. berisik amat yak nih anak dua. Dengerin noh dosen lagi nerangin juga " ucap salah seorang temanku yang duduk didepanku.

Kita berdua spontan langsung diem berlaga dengerin apa yang disampaikan dosen. Ku lirik lagi ponselku. " Aku tunggu diruang senat " balasan dari Ka Willy. Dan aku mereadnya saja.

*
Kulangkahkan kaki ini menuju ruang senat. Ku lihat tak ada siapa-siapa. Ku urungi niatku untuk menunggunya siapa tau dia masih dikelas atau di mushola. 1 jam 2 jam telah berlalu. Ka Willy tak kunjung datang. " Tega sekali dia membuatku menunggu lama seperti ini. Apa dia mempermainkanku " Batin Nessa terus bicara

" Heh cewe jadi jadian. Sedang apa kau disini ? " ucap Mario yg tiba tiba datang


" Loh ? Kamu ngapain disini ? " Nessa menanya balik. " Masa iya cowo tengil ini kuliah disini juga " ucap Nessa dalam hati

" Ah sudahlah tak penting. Kau tau dimana Ka Willy ? "

" Lu nyariin si Willy ? Dia udah pulang sama temen cewenya "

" What ? Kau pasti bohong kan ? "

" Ngapain juga gue boong sama lu, engga ada untungnya "

Tanpa pikir panjang lagi aku langsung pergi meninggalkan Mario. Betapa kesalnya aku Ka Willy telah membohongiku. Dia pikir dia siapa ? Bisa seenaknya memperlakukanku seperti ini. Seharusnya aku tau diri, mana mungkin Ka Willy mengajakku makan berdua. Aku terlalu bodoh. Aku hanya cewe culun, mau dirubah seperti apapun wajahku tetep aja culun. Mana ada sih yang mau sama cewe culun. Sepanjang perjalanan kerumah aku terus ngedumel.

*Jarum jam menunjukkan pukul 22.30
" Haus sekali rasanya " aku terbangun dari tidurku dan terpaksa beranjak ke dapur. Baru setengah jalan aku mendengar suara-suara yang tengah bercengkrama diruang tamu. Ternyata cowo tengil dan teman-temannya  yang sedang mengerjakan tugas. Aku merasa diantara mereka ada yang tak asing lagi dimataku. Ya Ka Willy. Tiba-tiba saja Ka Willy menengok ke arahku. Aku pun berlari secepat kilat. " Semoga saja dia tak tau kalo aku disini " aku berkata dalam hati

*Keesokan harinya
" Sepi sekali ini rumah mentang- mentang weekend. Pada kemana ? " Nessa celingak celinguk. Terdengar suara seperti orang memasak didapur.

" Oh masih ada orang toh. Eh cowo tengil  pada kemana semua ? "

" Bunda sana Audi ke bandung ada urusan, Bang Kevin kerja " ucap Mario sambil mengaduk aduk masakannya.

" Oh gitu, kau lagi ngapain ?

" Lo engga liat, mata udah empat juga "

" Yaelah sewot amat. Eh makasih loh udah dimasakin "

" Pede lu overdosis. Siapa juga buat elu. Ini semua buat tamu spesial gue "

" Yaelah bagi dikit nape sih, pelit amat "

" Bodo amat, noh masak sendiri "

" Dasar koreeettt... " teriakku

Mario sibuk mempersiapkan makan siangnya. Sedangkan aku sibuk memasak seadanya yang aku bisa. 15 menit berlalu nasi goreng buatanku jadi. Terpikir olehku penasaran dengan teman spesialnya Mario itu. Rasa penasaranku lebih besar ketimbang rasa laparku. Diam-diam aku mengintip mereka berdua. " Siapa perempuan itu ? " tanyaku dalam hati.

*

" Kebakaran woy kebakaran " teriak mario ditelinga Nessa. Yang semata mata untuk membangunkan Nessa dari tidur nya.
Aku yang mendengar teriakan itu langsung terbangun. Bagaimana tidak, itu suara kencang sampai gendang telingaku ingin pecah dan membuatku panik.

" Dimana kebakaran, dimana kebakaran ? " panik Nessa

" Hahahahahhahaha :D " Mario tertawa terbahak-bahak " Disini nih kebakaran " nunjuk idungnya

" Apaan sih, engga lucu tau engga becandanya. Ganggu orang tidur aja " keluh Nessa

" Lu nya aja yang kebo daritadi gue bangunin engga bangun-bangun "

" Rese banget sih. Ada apaan bangunin aku "

" Gue mao pergi. Tolong jaga rumah ya. Kunci semua pintu. Kesian cewe gue udah nunggu didepan " buru-buru Mario pergi dari kamarku. Begitu pula denganku yang cepat-cepat menyusulnya.

" Eh cowo tengil, tungguuu.. " teriakku.
Tak sempat aku menahannya, mereka sudah masuk kedalam mobil. Tapi tunggu deh, aku merasa heran kenapa perempuan itu beda ? Bukan perempuan yang seperti tadi siang ?

" Heeemm, dasar cowo tengil playboy cap kapak " pikirku dalam hati

*

" Nes, dikantin ada apaan deh ? " tanya Iren padaku

" Manakutau, kau nanya aku lalu aku nanya siapa ?

" Nanya kang bajigur. Udah ayok kita liat " Iren menarik tanganku

Ternyata Ka Willy dan teman-temannya yang membuat seisi kantin seperti ini. Sebenarnya apa yang ingin mereka lakukan.



NEXT PART

BY : Afika Yulia